SEJARAH SASTRA ARAB
KARYA DAN TOKOH
(Seri Jahili dan Awal Islam I)
Diterjemahkan dari buku al-Mufashal fi al-Adab al-Arabi karya al-Iskandari dkk
Bangsa Arab, letak geografis, ras, kabilah terkenal, bahasa populer, dan kedudukan bahasa Arab.
- Letak dan Kondisi Geografis
“Jazirah
Arab”, demikian Bangsa Arab menamakan negeri mereka atau terkadang mereka cukup
menyebutnya dengan ‘al-Jazirah’, meskipun sebenarnya ia bukanlah sebuah
pulau melainkan hanya sebuah semenanjung, karena sebelah utara negeri ini tidak
dibatasi oleh perairan (laut). Mereka menamakannya demikian hanya sekedar tajawuz
(melebih-lebihkan).[1]
Sebelah
Utara negeri ini berbatasan dengan negeri Syam, al-Jazirah, dan Irak, sedangkan
bagian Timur berbatasan dengan Teluk Persia (the Persian Gulf) dan Laut Oman, sebelah
selatan dibatasi oleh Samudera Hindia, dan bagian Barat dibatasi oleh Teluk
Arab atau yang dikenal dengan Laut Merah. Luasnya sekitar seperempat luas Eropa
atau dua setengah kali lipat luas Mesir.
Jazirah
Arab itu sendiri terbagi menjadi beberapa bagian, yang berbeda satu dengan lainnya, baik kondisi
geografi, iklim, maupun tradisi penduduknya. Sebelah Barat terdiri dari dua
wilayah besar, yakni al-Hijaz di sebelah Utara dan Yaman di sebelah selatan.
Kota Hijaz dinamakan demikian karena di sana terdapat gunung Sarah yang
terbentang mulai dari Yaman hingga ujung kota Syam, sehingga orang Arab
menyebutnya dengan hijaz yang berarti pembatas, karena gunung tersebut
membatasi negeri Mekah – terbentang hingga tepi pantai- menjulang tinggi,
mengelilingi Hijaz dan sekitarnya sampai kota-kota yang berada di dataran
rendah, dan itulah yang dinamakan dengan negeri Mekah (Tihamah).
Hijaz
merupakan kota yang gersang, tidak subur dan jarang hujan, namun terkadang
muncul air bah memenuhi lembah-lembah, lalu mengalir dan selanjutnya tumpah ke laut. Di Hijaz juga
terdapat beberapa padang pasir- terutama sekitar Mekah- di mana cahaya matahari
langsung menyengatnya sehingga memberi effek panas yang sangat luar biasa.
Selain itu terdapat pula lembah-lembah kering yang terkadang ditumbuhi
rerumputan tempat digembalakan binatang ternak. Ada juga tempat yang sangat
subur dan biasanya dijadikan tempat tinggal oleh kelompok tertentu. Di tempat
seperti ini tumbuh tumbuh-tumbuhan, seperti pohon tin, anggur, delima dan
zaitun.
Salah
satu kota yang sangat terkenal di Hijaz adalah Mekah yang terletak di sebuah
lembah tanpa tumbuhan. Panjang antara utara dan selatan sekitar dua mil,
sedangkan lebarnya sekitar satu mil, sebelah timur dimulai dari kaki gunung Abi
Qubas hingga gunung Qu’aiqi’an di sebelah barat.
Di
kota Mekah terdapat Ka’bah (Baitul Haram) tempat ibadah haji masyarakat Arab
Jahili, yang kemudian diwajibkan dalam Islam, kiblat shalat kaum muslimin. Di
Mekah juga terdapat sebuah sumur yang memancarkan air zamzam yang sangat
terkenal. Di situ pula lahir nabi Muhammad saw. Tempat yang sangat terkenal
yang ada di kota Mekah adalah Shafa dan Marwah, keduanya merupakan tempat
tinggi yang terletak di gunung Qubais. Kota lainnya adalah Wadi Mina, Jabal
Arafat, dan Muzdalifah. Semuanya merupakan tempat yang biasa disebut-sebut
dalam ibadah haji.
Selain
Mekah kota lain yang terletak di Hijaz adalah Madinah yang sebelumnya lebih
dikenal dengan sebutan Yatsrib. Kota ini terletak di tengah-tengah lembah yang
sangat luas. Sebelah Utaranya gunung Uhud. Kota ini banyak ditumbuhi pohon
korma dan memiliki banyak sumur yang dijadikan sebagai sumber air mereka.
Madinah adalah tempah yang dituju Nabi saw saat hijrah dari Mekah dan juga
tempat Nabi menghembuskan nafasnya yang terakhir. Sebelah Barat kota Madinah
adalah kota Khaibar yang didiami oleh kaum Yahudi, sebagaimana di yang terdapat
di sebagian kota Madinah lainnya.
Dengan
demikian, Hijaz ditempati oleh beberapa kabilah Arab, di Madinah ditempati oleh
Kabilah Arab dari suku Aus dan Khazraj, sedangkan di Mekah oleh suku Quraisy, di
Thaif oleh suku Tsaqif, sedangkan suku Hudzail menempati bukit-bukit di sebelah
selatan kota Mekah. Suku Hudzail ini terkenal dengan syi’ir-syi’irnya yang
halus.
Sebelah
selatan Hijaz adalah Yaman sebuah negeri lama yang terkenal dengan kekayaan dan
peradabannya. Kota ini seperti juga Hijaz terdiri dari dataran-dataran rendah
yang terletak di tepi pantai, yang terkadang disebut dengan Tihamah
(negeri Mekah), sedangkan dataran tingginya disebut dengan Najed al-Yaman. Di
antara kota-kotanya adalah Nejran sebelah timur Yaman yang dikenal pada masa
Jahiliyah sebagai tempat pemeluk agama kristiani. Di sana terdapat uskup-uskup
dan juga Ka’bah yang mereka agungkan menyerupai Ka’bah yang ada di Mekah.
Tersebarnya agama Nasrani di Nejran menjadi salah satu faktor terjadinya
hubungan bilateral antara Habasyah dan Nejran itu, karena keduanya merasa
disatukan oleh ideologi yang sama.
Di
Yaman terdapat sebuah kota yang disebut Ma’rab, terletak di sebelah Timur Laut
kota Shan’a bernama Saba’. Penduduknya dinamakan juga dengan Saba.
Kota
lainnya yang terkenal adalah Shan’a itu sendiri. Kota ini terletak di
tengah-tengah dekat dengan istana yang megah yang disebut Ghumdan. Sejarah
menyebutkan bahwa Saef ibn Dzi Yazn pada masa Jahiliyah meminta istana tersebut
dikembalikan dari Habasyah, pada saat mereka menguasai negeri Yaman.
Di
sebelah selatan kota Shan’a terdapat reruntuhan kota yang diduga sebagai
peninggalan kaum Himyar. Reruntuhan ini dinamakan dengan Zhaffar. Dari istilah
tersebut muncul sebuah peribahasa (amtsal) terkenal ‘من دخل ظفار حمرّ’ yang artinya ‘siapa yang masuk ke Zhaffar maka
ia telah menjadi Himyar’, atau berarti ia mampu berbahasa Himyar.
Kabilah
terbesar bangsa Arab yang mendiami negeri Yaman adalah Hamdan yang terkenal
pada masa jahiliyah karena menyembah dua berhala yang bernama Yagûts dan Ya’ûq
sebagaimana diceritakan dalam al-Qur’an al-Karim. Selain kabilah Hamdan,
kabilah lainnya yang mendiami Yaman adalah kabilah Madzhij dan Murâd.
Sebelah
selatan Jazirah Arab terdapat negeri Hadramaut. Sebuah daerah pegunungan yang
di sela-selanya terdapat banyak lembah. Penduduknya dinamakan dengan
al-Hadhâramah yang terkenal dengan keuletan dan kegigihannya dalam berdagang. Pada
saat penaklukan Islam (al-fath al-islami) di antara mereka banyak yang
datang ke Mesir. Penduduk yang paling terkenal pada masa Jahiliyah yang
menempati wilayah ini adalah keturunan Kindah yang dikenal dengan sebutan
‘Tujîb’.
Perbatasan
sebelah Utara Hadramaut adalah negeri al-Ahqâf yang didiami oleh kaum ‘Âd.
Kisah tentang Negeri ini diceritakan dalam al-Qur’an berulang kali, di antaranya
“ dan ceritakanlah tentang (Hud) saudara ‘Âd pada saat ia memberi peringatan
pada kaumnya di al-Ahqâf”. [2]Dan salah
satu surat dalam al-Qur’an diberi nama al-Ahqaf.
Di
sudut bagian tenggara al-Jazirah adalah Oman, sebuah wilayah pegunungan di
pinggir pantai. Penduduknya terkenal sebagai nelayan. Diceritakan bahwa setelah
hancurnya Saddama’rab, sebagian kabilah bani Azad masuk ke Oman dan
mendiaminya. Selain kabilah Azad wilayah ini juga ditempati oleh sebagian
bangsa Thoyy, dan yang paling terkenal adalah kabilah Nabhan.
Bagian
yang terbentang di timur al-Jazirah yang di mulai dari Oman hingga perbatasan
Irak dinamakan ‘Bahrain’. Di antara kotanya yang terkenal adalah Hajar. Kota
ini banyak menghasilkan korma, sehingga muncul ungkapan ‘ laksana orang yang
membawa korma ke kota Hajar’.
Selain
Hajar, kota lainnya adalah Qatar. Penduduknya terkenal sebagai penyelam dan
produsen mutiara. Bahrain itu sendiri didiami oleh kabilah-kabilah dari Bani
Abd al-Qais dan Tamim.
Adapun
Al-Jazirah bagian tengah terdiri dari gurun-gurun pasir (sahara) yang jarang
dicurahi hujan, sehingga sedikit sekali tumbuhan yang tumbuh. Di sela-sela
padang pasir tersebut banyak dijumpai waha yakni tanah subur di tengah padang
pasir. Di tanah seperti ini dalam bulan-bulan tertentu tumbuh rerumputan yang
biasanya dijadikan sebagai tempat menggembalakan ternak. Ada beberapa jenis
padang pasir, setiap jenis memiliki nama tersendiri. Padang pasir yang terletak
antara Timur Yaman dan Barat Laut Hadramaut dinamakan ‘Shaihada’, sedangkan
yang terletak di utara Hadramaut dinamakan ‘al-Ahqaf’, dan yang ada di utara
Mahra dinamakan ‘al-Dahnâ’.
Sebelah
utara gurun pasir terbentang dataran tinggi yang disebut ‘Najda’, sebuah tempat
terbaik yang dimiliki bangsa Arab karena udaranya yang sejuk dan pemandangannya
yang indah.
Bagian
lain yang terletak di sebelah tenggara Najed adalah al-Yamamah, sebuah tempat
yang paling subur di wilayah Arab. Diriwayatkan bahwa tempat ini adalah tempat
tinggal Thasm dan Jadwis. Jika Yamamah dan Bahrain keduanya digabungkan,
namanya menjadi ‘al-Arûdh’.
Gurun
pasir bagian utara yang letaknya berdekatan dengan Syam dinamakan dengan Gurun
Syam, sedangkan yang berdekatan dengan Irak dinamakan Gurun Irak, dan yang
berdekatan dengan al-Jazirah (Utara Irak) dinamakan dengan Gurun Jazirah.
Cuaca.
Sebagian besar Jazirah Arab memiliki cuaca yang sangat panas. Namun demikian,
di dataran-dataran tinggi meskipun musim panas pada malam harinya udara terasa
sejuk dan pada musim dingin udara sangat dingin sehingga terkadang disertai
turunnya salju di sebagian puncak gunung seperti di Thaif. Puncak-puncak gunung
diselimuti salju dan air pun membeku. Selanjutnya panas melelehkan kembali
gumpalan salju tersebut, dan terciptalah dari balik gunung-gunung tersebut
aliran-aliran sungai kecil yang mengairi kebun dan sawah mereka. Sedangkan angin, para penyair membaginya ke dalam dua
tipe, yakni angin Timur (shabâ) dan angin panas (samûm). Adapun
yang dimaksud angin shaba yakni angin sejuk yang berhembus dari arah
Timur. Para penyair sangat suka menjadikannya sebagai bahan rayuan karena
kesejukkan dan kelembutan semilirnya. Dari kata tersebut terbentuk sebuah
derivasi, untuk itu mereka mengatakan: صبت الريح-تصبو
صبوّا“ Angin Timur bertiup meniupkan kasih sayang”. Bila shaba
adalah angin sejuk, sebaliknya samum, ia adalah angin panas. Dari kata
tersebut muncul derivasi dalam bentuk ungkapan:
يوم سامّ و مسموم“Hari yang berangin
panas”.
Wiliyah
Arab sama sekali tidak memiliki sungai besar yang mengalir, kecuali anak-anak
sungai yang airnya terkadang mengalir terkadang tidak. Untuk itu mereka sangat
tergantung pada curah hujan, yang mereka sebut dengan ‘al-ghaits’[3]. Musim
semi adalah saat-saat terbaik mereka, pada saat di mana tumbuh-tumbuhan mulai
bersemi setelah musim hujan berlalu. Mereka lalu keluar menuju ke sana dengan
unta dan ternak mereka lainnya. Sebagian gunung dan lembah, tanahnya tampak
terlihat indah karena setelah mendapat curahan hujan ia ditumbuhi tetumbuhan
dan pepohonan. Di antara nama pohon yang terkenal adalah ‘al-thalh, al-atsl, al-sidr
(bidara), al-hina (pacar), al-ruman (delima), al-tufah (apel), al-Lemun (lemon),
dan yang paling banyak adalah pohon korma yang biasa mereka konsumsi.
Adapun
daerah yang paling subur tanahnya adalah Yaman, hal itu sebabkan oleh karena
Yaman memiliki curah hujan yang banyak dan kondisi tanah yang subur, oleh
karena itu pula orang Yunani dan Romawi menyebutnya dengan ‘negeri Arab yang
menyenangkan’ untuk membedakannya dengan negeri-negeri Arab Timur lainnya yang tandus.
Dari
gambaran tersebut kita bisa melihat perbedaan-perbedaan nyata antara satu
wilayah dengan wilayah lainnya, di mana sebagian wilayah berada di lokasi
dataran dan yang lainnya berada di daerah pegunungan, bagian lain memiliki
tanah yang subur dan yang lainnya tandus, sebagian beriklim panas dan sebagian
dingin, beberapa wilayah terletak di tepi pantai dan sebagian lainnya jauh dari
lautan, sebagian negeri berbatasan dengan penduduk berperadaban dan
berinteraksi dengan mereka, sedangkan lainnya tertahan di padang pasir, ataupun
bila ada interaksi dengan wilayah yang berperadaban itu pun ada faktornya.
Perbedaan-perbedaan
ini pada akhirnya sangat berpengaruh terhadap kondisi intelektual, cara
pandang, tradisi, bahasa, dialek, agama serta sistem politik penduduknya.
Bangsa
Arab. Jazirah tersebut di atas didiami oleh bangsa Arab. Bangsa Arab
merupakan keturunan Sam (Semit). Dan Sam adalah nama yang diberikan oleh para
sejarawan bagi keturunan Sam bin Nuh. Ras ini mencakup etnik Babilonia, Suriah,
Ibrani, Poenik, Armenia, Habsyi, Saba dan Arab, Sebenarnya para ahli sejarah
masih berbeda pendapat tentang keturunan Sam ini, sebagaimana mereka juga
berbeda pendapat tentang di mana letak geografi sesungguhnya dari masing-masing
ras tersebut sebelum mereka terpisah-pisah. Sebagian berpendapat bahwa mereka
pertama kali tinggal di wilayah Asia. Asia sendiri masih diperselisihkan apakah
yang dimaksud adalah jazirah Arab, Armenia, ataukah di bagian paling bawah Euphrat.
Sebagian dari mereka berpendapat bahwa mereka berdomisili di Afrika lalu
berimigran ke Asia.
Selanjutnya
bangsa Arab terbagi ke dalam dua ras besar, yaitu Arab bagian Utara atau
disebut juga dengan bangsa Hijaz dan Arab bagian Selatan atau disebut dengan
bangsa Yaman.
Arab
bagian Utara biasanya disebut juga dengan kaum Adnan karena mereka –sebagaimana
disebutkan para genealogis- berasal dari keturunan Adnan, dan Adnan keturunan
Ismail bin Ibrahim as. Selain itu dinamakan juga dengan Arab musta’ribah[4]
(Arabist), karena Ismail bukan keturunan asli bangsa Arab dan bahasanya
pun bukan bahasa Arab original. Ia mulai berbahasa Arab pada saat melakukan
perjalanan bersama ayahnya ke Hijaz dan menikahi keturunan Jurhum yang berasal
dari Kabilah Yamaniyah, lalu mempelajari bahasa mereka dan berkomunikasi dengan
bahasa mereka.
Adapun
Arab bagian Selatan dinamakan dengan kaum Qahthan. Hal ini berdasarkan
keterangan para geneologis yang menyebutkan bahwa Arab Yaman seluruhnya berasal
dari keturunan Qahthan, dan mereka juga menyebutnya dengan ‘Arab Aribah’(Arab
orisinil), karena bahasa Arab pada dasarnya adalah bahasa asli dan alat
komunikasi mereka.
Antara
kelompok Adnan dan Qahthan, telah lama terjadi permusuhan. Selain karena perbedaan
bahasa dan peradaban, penyebab utamanya adalah perbedaan ideologi antara
keduanya. Sebagaimana diriwayatkan dalam buku-buku sastra dan sejarah, bahwa
antara keduanya terjadi banyak persaingan, seperti apa yang terjadi pada masa
sebelum dan awal Islam antara penduduk Madinah (suku Aus dan Khazraj) dari
pihak Yaman dan penduduk Mekah dari golongan Adnan. Dengan berakhirnya
permusuhan antara keduanya, interaksi kedua kelompok tersebut terus
berlangsung. Kaum Yaman kemudian melakukan rihlah ke Hijaz, dan
sebaliknya penduduk Hijaz melakukan rihlah ke Yaman. Kabilah-kabilah
Qahthan akhirnya banyak menempati wilayah Hijaz seperti suku Aus dan Khazraj yang mendiami
Madinah, demikian pula halnya dengan kaum Adnan yang banyak menetap di negeri
Yaman.
Dari
Adnan dan Qahthan selanjutnya terbagi menjadi beberapa kabilah. Kabilah adalah
kelompok atau unit yang dibentuk berdasarkan sistem sosial masyarakat Arab.
Kabilah merupakan keluarga besar yang meyakini bahwa mereka berasal dari ayah
dan ibu yang sama. Biasanya kabilah diberi nama dengan nama ayah seperti
Rubai’ah, Mudhar, Aus, dan Khazraj. Mereka adalah nama-nama laki-laki yang dari
mereka muncul geberasi-generasi baru sebagai keturunan untuk kemudian
dinasabkan kepadanya, dan hanya sedikit kabilah yang dinasabkan pada ibu
seperti kabilah Khindaf dan Bajilah. Terkadang nama kabilah juga diambil dari
suatu kejadian tertentu. Sebagai contoh, kabilah yang menetap dekat sumur air
bernama Ghassan, ia dipanggil dengan kabilah Ghassan. Akan tetapi secara
mayoritas mereka menasabkan kabilah pada ayah. Terkadang pemimpin kabilah
memiliki banyak anak, sehingga kemudian muncul darinya kabilah-kabilah baru
dengan nama lain namun tetap dinasabkan padanya. Kemudian antara kabilah inti
dan kabilah cabangnya tersebut terjalin hubungan kekerabatan yang erat. Adapun
faktor yang menjadikan terbentuknya nama baru dalam kabilah adalah popularitas
yang dimiliki bapak dari cabang tersebut, baik karena kepemimpinannya,
keberaniannya, ataupun karena banyak melahirkan anak.
Sistem
kabilah. Di dalam kabilah terdapat seorang tetua (syaikh) atau ketua
sebagai pemimpin kabilah. Ia bertanggungjawab dalam menyelesaikan setiap
perbedaan atau pertikaian yang terjadi dengan berdasarkan kepada adat dan
tradisi yang dibuat kabilah. Pemimpin diangkat berdasarkan kemuliaan dan rasa
hormat dari anggota kelompok. Sedikit sekali yang dibangun dengan berdasarkan
pemaksaan dan penindasan. Oleh karena itu sikap berpura-pura para pemimpin
lebih banyak dibanding sikap berpura-pura anggota terhadap para pemimpinnya.
Dalam bingkai sistem seperti ini, kebebasan individu terhadap sistem
kepemimpinan menjadi lebih leluasa. Selain ketua, terdapat hakim-hakim agung dari
kaum pria yang memiliki kecerdasan dan kecermatan. Terkadang mereka juga
dihadapkan pada persoalan pertikaian di dunia sastra, seperti saling
membanggakan keturunan dan lain sebagainya.
Setiap
kabilah mempunyai penyair tersendiri yang secara khusus mendendangkan
puji-puijian untuk kabilahnya serta menginformasikan sifat-sifat dan kebaikan
yang dimiliki kabilahnya. Dan sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa
hubungan yang terjadi di antara mereka adalah hubungan darah, oleh karena itu
mereka sangat fanatik terhadap kabilah masing-masing, sehingga mereka selalu
memuji dan membanggakannya serta menyebarkan berbagai kebaikan yang mereka
miliki. Setiap anggota kabilah wajib menjaga anggota kabilah lainnya, dan
mempertahankannya, serta berhak menuntut dengan darahnya. Mereka juga berhak
meminta perlindungan terhadap kabilahnya di saat mengahadapi marabahaya dan
kesulitan. Terkadang di antara anggota kabilah didapati seseorang yang banyak
melakukan kesalahan (dosa-dosa), sehingga menimbulkan berbagai persoalan bagi
kabilahnya. Untuk anggota seperti itu, kabilah segera mengambil tindakan dengan
tidak mengakui lagi sebagai anggota. Anggota kabilah yang mendapat sangsi
seperti itu disebut dengan ‘al-khalî’, atau yang terbuang. Terkadang
orang seperti ini meminta perlindungan dari kabilah lain, sehingga dinamakan
dengan ‘halîf (yang bersekutu)
atau ‘maulâ’ (sekutu).
Bila
hubungan di dalam kabilah adalah hubungan darah, maka hubungan yang terjadi
antar kabilah biasanya hubungan permusuhan. Kemungkinan yang terjadi antara
kabilah tersebut hanya dua, menyerang atau diserang, kecuali kabilah-kabilah
yang mengadakan perjanjian dan kesepakatan perdamaian. Oleh karena itu kisah
peperangan antar kabilah ini menyita sebagian besar sejarah bangsa Arab,
sehingga diriwayatkan bahwasanya Duraid ibn al-Shamah berusia hingga seratus
tahun dan ia mengalami peperangan sebanyak seratus kali pula. Oleh karena itu
pula tema-tema tentang perang, kemenangan, penyerangan, dan lain sebagainya,
mendominasi sebagian besar syi’ir-syi’ir jahili. Oleh karena itu pula, untuk
memahami syi’ir dan peristiwa-peristiwa bersejarah yang terjadi pada masa Arab
Jahili seseorang harus memahami benar kabilah-kabilah yang ada di wilayah Arab,
termasuk semua bentuk permusuhan dan perjanjian perdamaian antar mereka.
Kabilah
paling terkenal. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa bangsa Arab
terbagi ke dalam dua ras besar, yaitu keturunan Adnan dan Qahthan.
Bahasa-bahasa
semit dan kedudukan bahasa Arab.
Bahasa
Arab dan bahasa-bahasa Semit lainnya. Bahasa yang digunakan Bangsa Arab adalah
bahasa Arab. Bahasa Arab adalah salah satu dari bahasa Semit. Dinamakan bahasa
Semit untuk membedakannya dari bahasa-bahasa Ham dan Ariyah.
Karena
bahasa-bahasa Semit berasal dari satu rumpun –sebagaimana diperkirakan- banyak di
antara lafaz-lafaznya yang sama, atau terkadang hanya berbeda sedikit saja,
seperti yang terdapat dalam bahasa Ibrani (Ibriyah) dan Arab. Sebagian
lafaz yang menggunakan syin dalam bahasa Arab, di dalam bahasa Ibrani
menggunakan sin, sedangkan alif yang ada dalam bahasa Arab, di
dalam bahasa Ibrani menggunakan waw. Kata salam dalam bahasa Arab
menjadi syalum dalam bahasa Ibrani, dan tsa menjadi syin,
sehingga kata tsaur menjadi syaur. Sedangkan yang di dalam bahasa Arab
menggunakan dhad, di dalam bahasa Ibrani menggunakan shad,
seperti ardh menjdi arsh, dan lain sebagainya. Akibat kedekatan
genetik tersebut terjadi asimilasi antar bahasa. Maka oleh karena berdekatan dan
sering berinteraksi, penduduk Yaman terpengaruh oleh bahasa Habsyi, seperti
halnya penduduk Hijaz terpengaruh oleh bahasa Ibrani.
Bahasa
Semit memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dari bahasa lainnya,
seperti; tulisannya yang bersifat limited yaitu hanya berupa huruf tanpa
harakat, tanpa fathah, kasrah ataupun dhammah, seperti yang terdapat dalam
bahasa Aria. Selain itu bahasa Arab juga memiliki jumlah huruf yang lebih
banyak dibandingkan dengan bahasa Aria, selain memiliki bentuk derivasi (isytiqaq)
yang lebih banyak. Namun demikian, antara bahasa-bahasa Semit tersebut memiliki
persamaan dalam gaya bahasa, struktur kalimat, dan kosakata yang berhubungan
dengan anggota badan dan kata ganti orang (dhamir).
Bahasa
Arab itu sendiri terbagi lagi menjadi dua macam, yaitu bahasa Arab Yaman yang
ada di sebelah Selatan, dan bahasa Arab Hijaz yang terdapat di Utara. Bahasa
Selatan (Yaman) meliputi bahasa Saba dan Himyar. Untuk mempermudah penyebutan
mereka cukup menyebutnya dengan bahasa Himyar. Bahasa Himyar dianggap lebih
dulu keberadaannya dibanding bahasa Utara (Hijaz). Hal ini dibuktikan dengan
ditemukannya lukisan yang bertuliskan bahasa Himyar. Bahasa Himyar memiliki
huruf-huruf yang berbeda dengan bahasa Arab yang kita kenal sekarang. Selain
itu ia juga memiliki pola tanwin, jama’mudzakar salim, adat
ma’rifah, dan lain sebagainya yang berbeda dengan bahasa Arab Hijaz. Contoh
lainnya adalah adanya perbedaan pada huruf-huruf kata, seperti, hamzah pada
kata af’ala (أفعل) di sebagian bahasa
Himyar menggunakan ha (هـ). Keberadaan bahasa Himyar dan Saba ini
diketahui melalui hasil penemuan para ilmuwan modern yang diperoleh dari hasil
tulisan dan tempat tinggal mereka, sehingga diketahui struktur bahasa
masing-masing.
Adapun
bahasa Utara (Hijaz) merupakan bahasa kabilah Adnan. Bahasa ini lebih muda
keberadaannya dibandingkan bahasa Himyar. Perlu diketahui bahwa bahasa yang digunakan dalam syi’ir-syi’ir
Arab Jahili yang sampai ke tangan kita menggunakan bahasa ini. Hal ini
diketahui dari ungakapan para penyair yang menyatakan bahwa syi’ir ini berasal
dari Rabi’ah atau Mudhar. Sebagaimana kita ketahui sebelumnya bahwa kedua nama
tersebut adalah cabang dari Kabilah Adnan. Atau juga yang berasal dari
kabilah-kabilah Yaman yang rihlah ke Utara seperti kabilah Tha’i, Kindah
dan Tanukh.
Bahasa
Arab Adnani –sebagaimana dikemukakan oleh para ahli bahasa Semit- merupakan
cabang bahasa Semit yang tingkat orisinilitas paling dekat di bandingkan
cabang-cabang lainnya. Hal itu disebabkan oleh karena bangsa Arab adalah bangsa
yang tidak banyak terkontaminasi oleh bangsa lainnya, tidak pernah dijajah dan
diperintah bangsa lain seperti yang terjadi pada bangsa-bangsa Semit lainnya,
seperti kaum Ibrani, Babilonia, dan Assyiria. Bangsa Arab dilindungi oleh gurun
pasir dari serbuan musuh dan penjajahan bangsa asing, sehingga bahasa mereka
pun tetap terjaga tanpa banyak dipengaruhi bahasa asing lainnya.
Bahasa Arab juga dianggap sebagai bahasa Semit yang
sangat progresif, karena memiliki karakteristik yang fleksibel, derivatif, dan
kaya akan makna. Mereka tidak hanya membuat satu kata untuk satu makna, namun
banyak kata. Mereka ciptakan kata baru setiap mendapatkan makna baru. Kondisi
seperti ini dilegitimasi dan dikembangkan dengan diturunkannya al-Qur’an
al-Karim, yang kemudian eksistensinya mulai meluas ke seluruh penjuru dunia.
[1] .
Jazirah pada dasarnya adalah terjemah dari pulau yang biasanya seluruh
wilayahnya dibatasi perairan/laut. Oleh karena itu sebenarnya wilayah Arab
tidak dapat disebut sebagai pulau (jazirah) melainkan hanya sebuah
peninsula (semenanjung) yang menyerupai pulau karena sebelah Utara tidak
dibatasi oleh laut melainkan benrbatasan dengan negeri lain (penerjemah).
[2]
. QS. Al-Ahqaf ayat 21
[3]
. Ada dua makna dari al-ghaits, yaitu hujan dan rerumputan yang tumbuh
setelah turun hujan.
[4]
. orang di luar Arab yang masuk ke dalam lingkungan Arab atau Arab keturunan.
0 komentar:
Posting Komentar